Kamis, 15 Agustus 2013

Aku Tanpa Majikan

Jum’at, 25 Januari 2013
08:00 WIB
Jalan Prof. Dr. Satrio

Jalan-jalan kota ini memang tak pernah sepi dengan gulungan hitam bercorak yang elastis, mulai dari bagian motor, mobil, gerobak, dan sepeda. Tak jarang pula pembungkus telapak-telapak lima jari pendek berseliweran. Menunjukkan jalan gontai, santai, dan tegas. Jakarta memang kota yang padat, awalnya padat penduduk, merembet padat pemukiman, padat transportasi hingga padat gerombolan emisi abu kehitaman.
Seperti pagi kota ini yang biasa, begitu pula Aku merasakan pagi ini. Tak banyak yang berbeda pada pagi ini, Aku tetap bertelanjang kaki,
tak diperhatikan, dan melenggang tak tentu arah. Tetap mengais sepotong daging atau bahkan secuil makanan sisa. Aku bak jaguar modern yang berjalan di tengah karpet hitam itu. Padahal, jika kau tahu aku tak sehebat itu. Aku hanya seonggok campuran daging dan susunan tulang berkaki empat yang dapat berseliweran sesuai kehendaku. Semua berkat kekuasaanNya.
Aku tak tahu jalan nasibku hari ini. Aku harus mencari makanan tanpa belas kasih majikan, hanya itu yang ku tahu. Aku tak tahu jalan nasibku hari ini. Aku harus mengais sisa dengan suara rintihku di tengah rusaknya moral tetanggaku di dunia, hanya itu yang ku tahu. Maka, pagi ini aku tergopoh mencarinya di tengah karpet hitam bising ini. Sekali lagi, tanpa belas kasih majikan!!.
Tak lama aku mencarinya, dashh!!!. Daging tubuhku terlindas oleh gulungan hitam elastis yang bercorak itu. Aku menggelepar berharap ada yang membantuku. Tapi, semua tetap beranjak angkuh tanpa peduli sekitar, apalagi Aku. Aku yang tak berkerabat dekat dengan mereka, Aku yang tak sejenis dengan mereka, Aku yang tak punya akal seperti mereka, tapi Aku juga makhluk hidup. Hanya itu yang aku tahu.


Kucing mungil tanpa majikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar