Minggu, 20 Januari 2013

Ukhuwah Bikin Betah



“Ukhuwah tak akan melebur walaupun di musim hujan, ukhuwah tak akan meleleh walaupun di musim panas, ukhuwah tak akan membeku walaupun di musim dingin, ukhuwah juga tak akan meranggas walaupun di musim gugur, tetapi ukhuwah akan tetap bermekaran walau tidak di musim semi”
“... bersua pasti ada berpisah...” lantunan senandung ukhuwah karya sigma itu keluar dari samsungku pada volume level 5, melemparkan pikiranku pada ingatan 2 tahun lalu. Ya, ingatan lugu seorang newbie yang sedang merajut ukhuwah. Indah, menyenangkan, sarat kepedulian.

Agustus 2010
Kini aku mulai berstatus sebagai mahasiswa IPB. Status yang –katanya– merupakan kaum intelek penjunjung tinggi ideologi. Ironisnya, aku sendiri tak tahu apa ideologi itu. Tanpa arah, seluruh proses seleksi masuk kampus rakyat ini telah kulalui hingga aku berdiri di depan gedung biru itu sekarang.
Tak banyak orang yang menyapaku, walau tak sedikit orang yang kusapa. Aneh memang, tetapi itulah habit-ku. Ku tatapi stand itu satu per satu dalam dian tanpa berani mengunjunginya. Beberapa stand mencuri perhatianku, hanya melukis senyuman pada wajahku tanpa berani mengunjunginya. Berbeda dengan stand-stand yang kulalui sebelumnya, stand ini menyapaku dengan senyum, hati, keramahan, dan mungkin ketulusan  membuat bisikan dalam dhomir-ku ‘aku ingin....’. ya... untuk terakhir kalinya, tanpa berani mengunjunginya. Aku sangat pemalu untuk mencoba mengunjunginya.
September 2010
            Akhir-akhir ini aku merasa resah jauh dari orang tua, was-was menjalani kehidupan baru di kampus, dan takut menghadapi mata kuliah yang akan kuterima, padahal aku sudah terbiasa dengan itu selama 7 tahun lalu. Aneh memang, tapi itulah yang kurasakan kini. Mungkin, karena kosongnya waktuku sehingga aku tetap merasa seperti itu selama 4 bulan ke depan.
            Aku mulai menuntut bimbingan dari beberapa teman SD dan kakak kelas SMP ku yang telah lebih dahulu mengenyam pendidikan di IPB, mengirimkannya SMS, menelponnya, bahkan sampai menemuinya. Puncaknya, aku mengunjungi dan bermalam di kosan salah satu kakak kelasku. Kabut gelap itu mulai menyingkir sedikit demi sedikit hingga aku diperkenalkan dengan lingkaran ukhuwah, kumpulan saudara yang bisa menguatkanku.
Januari 2011
            Kini aku telah bergabung dalam keluarga Al-Hurriyyah. Sarat akan kebermanfaatan memang, tetapi aku belum banyak mengenal sosok di sana apalagi untuk beberapa sosok yang telah hidup lebih lama sebelumku. Jujur, aku bukan tipe yang cepat dekat atau akrab dengan mereka, tetapi aku mencoba untk mengakrabkan diri dengan sikapku yang introvert. Sulit memang, tetapi lama-kelamaan aku mulai terbiasa.
Maret 2011
            Umurku kini semakin bertambah. Aku harap kebaikanku berbanding lurus dengan umurku. Alhamdulillah, kehidupanku semakin membaik mulai dari sosial, spiritual, dan akademik. Tak terasa juga, ternyata aku telah bergabung lama dalam lingkaran itu. Lingkaran yang selalu menguatkanku, menjagaku, dan meng-up grade dengan caranya yang unik. UKHUWAH.

“...jadikan robithah pengikatnya, jadikan do’a ekspresi rindu, semoga kita bersua di surga....” sigma dengan sukses merampungkan senandung ukhuwahnya di samsungku. Samsung pink yang kini semakin buluk rupanya. Aku yang berada tepat di samping benda pink itu terlelap, tak menyadari benda itu telah meredup dan tak akan tahu apa yang akan terjadi esok.

2 komentar:

  1. iya, dahulu ketika SMA erlin juga ingin merasakan hal yang sama, menjadi salah satu bagian lingkaran ukhuwah..dan sekarang telah mendapatkannya, beruntunglah kita masih bisa merasakannya, bukan hanya berkumpul dengan celotehan semata, namun ada pembicaraan yang penuh manfaat... :)

    BalasHapus
  2. iya lin... Alhamdulillah ya...

    BalasHapus