“Ukhuwah
tak akan melebur walaupun di musim hujan, ukhuwah tak akan meleleh walaupun di
musim panas, ukhuwah tak akan membeku walaupun di musim dingin, ukhuwah juga
tak akan meranggas walaupun di musim gugur, tetapi ukhuwah akan tetap
bermekaran walau tidak di musim semi”
“... bersua
pasti ada berpisah...” lantunan senandung ukhuwah karya
sigma itu keluar dari samsungku pada volume level 5, melemparkan pikiranku pada
ingatan 2 tahun lalu. Ya, ingatan lugu seorang newbie yang sedang
merajut ukhuwah. Indah, menyenangkan, sarat kepedulian.
Agustus 2010
Kini aku mulai berstatus sebagai mahasiswa IPB. Status yang
–katanya– merupakan kaum intelek penjunjung tinggi ideologi. Ironisnya, aku
sendiri tak tahu apa ideologi itu. Tanpa arah, seluruh proses seleksi masuk
kampus rakyat ini telah kulalui hingga aku berdiri di depan gedung biru itu
sekarang.
Tak banyak orang yang menyapaku, walau tak sedikit orang yang
kusapa. Aneh memang, tetapi itulah habit-ku. Ku tatapi stand itu satu
per satu dalam dian tanpa berani mengunjunginya. Beberapa stand mencuri
perhatianku, hanya melukis senyuman pada wajahku tanpa berani mengunjunginya.
Berbeda dengan stand-stand yang kulalui sebelumnya, stand ini menyapaku dengan
senyum, hati, keramahan, dan mungkin ketulusan membuat bisikan dalam dhomir-ku ‘aku
ingin....’. ya... untuk terakhir kalinya, tanpa berani mengunjunginya. Aku
sangat pemalu untuk mencoba mengunjunginya.
September 2010
Akhir-akhir
ini aku merasa resah jauh dari orang tua, was-was menjalani kehidupan baru di
kampus, dan takut menghadapi mata kuliah yang akan kuterima, padahal aku sudah
terbiasa dengan itu selama 7 tahun lalu. Aneh memang, tapi itulah yang
kurasakan kini. Mungkin, karena kosongnya waktuku sehingga aku tetap merasa
seperti itu selama 4 bulan ke depan.
Aku
mulai menuntut bimbingan dari beberapa teman SD dan kakak kelas SMP ku yang
telah lebih dahulu mengenyam pendidikan di IPB, mengirimkannya SMS,
menelponnya, bahkan sampai menemuinya. Puncaknya, aku mengunjungi dan bermalam
di kosan salah satu kakak kelasku. Kabut gelap itu mulai menyingkir sedikit
demi sedikit hingga aku diperkenalkan dengan lingkaran ukhuwah, kumpulan
saudara yang bisa menguatkanku.
Januari 2011
Kini
aku telah bergabung dalam keluarga Al-Hurriyyah. Sarat akan kebermanfaatan
memang, tetapi aku belum banyak mengenal sosok di sana apalagi untuk beberapa
sosok yang telah hidup lebih lama sebelumku. Jujur, aku bukan tipe yang cepat
dekat atau akrab dengan mereka, tetapi aku mencoba untk mengakrabkan diri
dengan sikapku yang introvert. Sulit memang, tetapi lama-kelamaan aku
mulai terbiasa.
Maret 2011
Umurku kini
semakin bertambah. Aku harap kebaikanku berbanding lurus dengan umurku. Alhamdulillah,
kehidupanku semakin membaik mulai dari sosial, spiritual, dan akademik. Tak terasa
juga, ternyata aku telah bergabung lama dalam lingkaran itu. Lingkaran yang
selalu menguatkanku, menjagaku, dan meng-up grade dengan caranya yang
unik. UKHUWAH.
“...jadikan
robithah pengikatnya, jadikan do’a ekspresi rindu, semoga kita bersua di surga....”
sigma dengan sukses merampungkan senandung ukhuwahnya di samsungku. Samsung
pink yang kini semakin buluk rupanya. Aku yang berada tepat di samping benda
pink itu terlelap, tak menyadari benda itu telah meredup dan tak akan tahu apa
yang akan terjadi esok.
iya, dahulu ketika SMA erlin juga ingin merasakan hal yang sama, menjadi salah satu bagian lingkaran ukhuwah..dan sekarang telah mendapatkannya, beruntunglah kita masih bisa merasakannya, bukan hanya berkumpul dengan celotehan semata, namun ada pembicaraan yang penuh manfaat... :)
BalasHapusiya lin... Alhamdulillah ya...
BalasHapus